Mengatasi anak yang malas belajar
Seorang
murid baru saja datang ke ruang les, dia duduk di sebelah saya dan berkata “Aku
nanti pulang jam 6, ya?” Saya hanya tersenyum, tidak menjawab. Lalu saya minta
dia mengeluarkan buku-bukunya serta tugas-tugas dari sekolah yang harus
diselesaikannya. Ada 1 pr dan 2 tugas belajar. “Aku nggak mau belajar, aku mau
buat pr thok!” Lalu dia mulai merengek-rengek, wajahnya cemberut, air matanya
mau tumpah, tangannya sudah mengepal-ngepal, mau merobek kertas yang jadi bahan
belajarnya…….
Kasus di
atas adalah salah satu kasus mogok belajar yang kerap terjadi pada anak-anak.
Belajar adalah kewajiban anak sekolah. Ada kalanya beban belajar menjadikan
anak mogok. Sebuah keadaan dapat membuat anak enggan belajar, karena dirasa
membebaninya. Bila hal ini terjadi sekali-sekali, itu masih wajar. Tetapi
bagaimana kalau setiap kali belajar selalu mogok? Mogoknya jadi rutinitas.
Tentu saja itu merepotkan orang tua, guru dan anak itu sendiri. Tak jarang
terjadi tindakan memarahi, menghukum, memaksa belajar. Ada pula yang memberi
hadiah sebagaisogokan supaya mau belajar.
Kenali penyebab mogok
Perlu
disadari sering mogok belajar pasti ada penyebabnya. Dengan menggali penyebab
mogok, dapat dilakukan penanganan yang tepat. Penyebab mogok belajar dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu penyebab dari dalam diri dan luar diri. Penyebab dari dalam diri, seperti :
rasa malas, suasana hati yang berubah-ubah, pemahaman yang lemah, alergi
belajar. Penyebab dari luar diri,
seperti : kurangnya rasa nyaman dari lingkungan belajar, cara guru atau orang
mengajari tidak menyenangkan, penyampaian materi tidak sistematis, kalah
saingan.
Penyebab
mogok belajar harus diatasi dulu. Penyebab dari dalam biasanya berhubungan
dengan kebiasaan belajar yang salah atau kurang tertib saja. Penyebab dari luar
memerlukan pengamatan yang lebih menyeluruh. Pada kasus anak tidak nyaman di
lingkungan sekolah maka hasrat belajar selalu tidak ada, perlu diatasi dulu apa
penyebabnya. Cara guru mengajar tidak menyenangkan, dalam hal ini anak harus
diberi bantuan diulang lagi di rumah untuk dapat memahaminya materi pelajaran
tersebut, begitu pula dengan penyampaian materi yang tidak sistematis. Memang
tidak semua murid bisa langsung paham dengan penjelasan guru di sekolah yang
secara klasikal. Hal ini disebabkan daya tangkap murid yang berbeda-beda. Kalah
saingan, tak jarang melemahkan semangat anak dalam belajar. Anak yang terbiasa
jadi juara kemudian tidak juara, bisa menjadi patah semangat.
Pendekatan persuasif
Mengajak anak
berdialog akan penyebab mogok belajar adalah cara pertama yang tepat, disamping
pengamatan atas perilakunya. Tindakan memarahi dan menuduh tanpa alasan dan
dukungan bukti-bukti justru membuat anak menutup-nutupi masalahnya. Bertanyalah
dan dengarkan keluhan permasalahan belajarnya, kemudian diarahkan dengan
tindakan-tindakan yang dapat membantunya mengatasi masalah belajarnya. Orang
tua atau pendamping belajar harus objektif dalam menyikapi keluhan anak, agar
jangan sampai anak justru mengadu domba orang tua dengan guru, misalnya. Hal
ini terjadi ada anak-anak yang suka melemparkan kesalahan pada orang lain.
Mematahkan sikap mogok anak
Mogok
belajar yang sudah jadi rutinitas memang sulit mengatasinya. Pada anak kecil,
usia SD biasanya disertai dengan sikap rewel, seperti menangis keras-keras,
marah-marah, membanting barang-barang di sekitarnya. Tak jarang orang tua jadi
terpengaruh dengan sikap itu, lalu melakukan daya upaya supaya anaknya tenang
dengan menuruti kemauannya. Tanpa disadari, sikap ini justru menjadi pembenaran
dan senjata bagi anaknya untuk melanjutkan mogok belajarnya. Bila orang tua
tidak segera menyadarinya, sikap ini akan makin berkembang dan mengakibatkan
dia menemukan cara-cara yang makin bisa memenuhi keinginannya yang salah itu.
Dalam arti anak bisa menyetir orang tua untuk menuruti kemauannya, kalau tidak
dia akan makin bertingkah.
Mematahkan
sikap mogok, harus dilakukan dengan ketegaran hati dan sikap tegas orang tua /
pendamping belajar, serta sebuah kesadaran bahwa perilaku anak sudah mengarah
pada tindakan yang merugikan dirinya sendiri.
Tahapan mematahkan sikap mogok
belajar :
1.
Menerapkan jadwal belajar yang
teratur dan waktu belajar yang tidak membebani. Misalnya 2 jam sehari, diupayakan bisa selesai. Kalau tidak
selesai harus ada waktu jeda, supaya anak tidak merasa bosan dan tertekan. Lalu
bertahap ditingkatkan.
2. Berkomitmen dengan anak untuk menepati jadwal
itu, sehingga harus siap apabila muncul
sikap penolakan orang tua / pendamping belajar harus bisa bertahan dengan
komitmennya.
3. Tidak mudah terpancing dengan
perilaku anak untuk melanggar komitmen. Terpancing emosi bisa dalam bentuk marah-marah, mengomel,
atau cuek. Bisa juga menyerah dengan keinginan anak, daripada dia rewel,
ditunda dulu saja. Pelanggaran komitmen akan berlanjut menjadi tindakan tidak
disiplin.
4. Bermuka datar, adalah salah satu cara ampuh untuk
meredam anak memancing emosi orang tua / pendamping belajar. Bila emosi muncul,
anak merasa berhasil mengalihkan perhatian, tindakannya akan makin menjadi-jadi.
Berusahalah tetap bermuka datar di depan anak, sampai selesai belajar.
5. Selalu memotivasi dengan kata-kata yang positif dan
meyakinkan anak, bahwa ia akan dapat menyelesaikan tugas belajarnya dalam waktu
yang tidak lama.
Konsekuensi berkelanjutan sampai
terbentuk sikap permanen
Bukan
perkara mudah untuk mengatasi anak yang sering mogok belajar. Apalagi berharap
dengan cara-cara instant, sekali tindakan anak langsung berubah. Perubahan perilaku dapat terjadi kalau
dibiasakan, oleh sebab itu anak perlu didampingi dan diawasi untuk
mencapai perubahan sikap yang sifatnya permanen. Butuh waktu 6 bulan sampai
setahun, bahkan lebih untuk mengawal mereka memiliki kesadaran akan tanggung
jawab belajarnya. Yang terpenting pula, janganlah
mudah memberi hadiah sebagai ganjaran atas perbuatannya. Anak akan
menagih dan menagih lagi. Perilakunya berubah ada batas waktunya, yaitu sampai
hadiah yang diinginkannya diterima, lalu balik lagi ke perilaku lamanya.
Umpannya haruslah penguatan atas perubahan perilaku itu. Buktikan ke anak bahwa
dengan bertambahnya tanggung jawab belajarnya, ia menjadi tidak terbebani dalam
belajar. Bisa belajar dengan nyaman, hasilnya baik dan tidak terlalu lama.
Nyatakan pula bahwa kelak saat naik kelas menjadi tidak kesulitan, dan suatu
saat bisa belajar mandiri. Bila ingin memberi hadiah, alasannya bukan karena
dia tidak lagi mogok belajar.
Perjalanan
untuk mencapai perilaku bertanggung jawab ini biasanya tidaklah mulus, pasti
ada saat-saat mereka kembali menunjukkan sikap mogoknya. Oleh sebab itu
pengawasan dan pendampingan masih harus selalu dilakukan. Orang tua / pendamping belajar jangan sampai
kesal dan marah dengan keadaan ini, lalu mengungkit-ngungkit sikap buruk yang
muncul lagi ini karena kata-kata itu akan melemahkan anak dan dapat
mengembalikan dia ke posisi awal. Tetaplah memotivasi dan angkat
semangatnya untuk bangkit kembali. Ketegasan diperlukan, bukan memarahinya.
Menuju belajar mandiri
Ketika kesadaran belajar sudah
terbentuk pada diri anak, mogok belajar sudah tidak lagi terjadi saat itulah
anak mulai digiring untuk menuju belajar mandiri. Hal ini juga seiring dengan
perkembangan umur anak. Anak mulai dapat mengatur jadwal belajarnya sendiri,
tanpa pengawasan. Menyiapkan dan mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dengan baik.
Waku belajar menjadi efisien dan efektif. Prestasi belajar baik. Ada kalanya,
justru orang tua / pendamping belajar yang tidak memberi kesempatan ini kepada
anak. Akibatnya anak mempunyai ketergantungan dan tidak percaya diri bahwa ia
sudah bisa belajar mandiri. Memang belajar perlu diawasi, tetapi pengawasan
yang berlebihan membuat anak tak mempunyai inisiatif. Tak jarang anak jadi
terbiasa menunggu perintah belajar dari orang tuanya. Di saat anak sudah sampai
pada tahap sanggup belajar mandiri, peran orang tua adalah mengawasi dan
mendampingi anak di saat mengalami kesulitan. Pada tahap ini kesadaran belajar
sudah harus menjadi alarm di dalam diri anak untuk dapat memenuhi kebutuhan
belajarnya.
Sumber : http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2014/05/04/menghadapi-anak-yang-sering-mogok-belajar-653470.html
No comments:
Post a Comment