Pemuda adalah suatu generasi yang
dipundaknya terbebani bermacam-macam harapan, terutama dari generasi lainnya.
Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai penerus, generasi
yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang harus
mengisi dan melangsungkan estafet pembangunan secara terus menerus.
Lebih menarik lagi pada generasi
ini mempunyai permasalahan-permasalahan yang sangat bervariasi, di mana jika
permsalahan ini tidak dapat diatasi secara proporsional maka pemuda akan
kehilangan fungsinya sebgagi penerus pembangunan.
Proses sosialisasi generasi muda
adalah suatu proses yang sangat menentukan kemampuan diri pemuda untuk
menselaraskan diri di tengah-tengah kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu
pada tahapan pengembangan dan pembinaannya, melalui proses kematangan dirinya
dan belajar pada berbagai media sosialisasi yang ada di masyarakat, seorang
pemuda harus mampu menseleksi berbagai kemungkinan yang ada sehingga mampu
mengendalikan diri dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat dan tetap
mempunyai motivasi social yang tinggi.
Kita sebagai pemuda harusnya
lebih kritis dalam masalah-masalah social yang terjadi di bangsa Indonesia ini,
karena tanpa ikut sertanya generasi, pembangunan ini sulit berhasil bukan saja
karena pemuda merupakan lapisan masyarakat yang cukup besar, tetapi yang lebih penting
tanpa kegairahan dan kreatifitas pemuda maka pembangunan bangsa kita dalam
jangka panjang dapat kehilangan kesinambungannya.
Apabila pemuda pada masa sekarang
terpisah dari persoalan-persoalan masyarakatnya, maka sulit akan lahir pemimpin
masa dating yang dapat memimpin bangsanya sendiri. Dalam hal ini Pembinaan dan
Pengembangan Generasi Muda menyangkut dua pengertian poko, yaitu :
a)
Generasi muda sebagai subyek pembinaan dan
pengembangan adalah mereka yang telah memiliki bekal-bekal dan kemampuan serta
landasan untuk dapat mandiri dalam keterlibatannya secara fungsional bersama
potensi lainnya, guna menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa dalam
rangka kehidupan berbangsa dan bernegara serta pembangunan nasional.
b)
Generasi muda sebagai obyek pembinaan dan
pengembangan ialah mereka yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kea
rah pertumbuhan potensi dan kemampuan-kemampuannya ke tingkat yang optimal dan
belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan secara fungsional.
Masalah dan Potensi Generasi Muda
Berbagai permasalahan generasi muda
yang muncul pada saat ini antara lain ; Dirasa menurunnya jiwa idealism, patriotism
dan nasioanalisme di kalangan masyarakat termasuk generasi muda;
Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya; Belum
seimbangnya antara generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia,
baik yang formal maupun non formal; Masih banyaknya perkawinan di bawah umur,
teutama di kalngan masyarakat daerah pedesaan; Pergaulan bebas yang mebahayakan
sendi-sendi perkawinan dan kehidupan keluarga serta Meningkatnya kenakalan
remaja termasuk penyalahgunaan narkotika.
Dalam rangka untuk memecahkan
permasalahn generasi muda tersebut di atas memerlukan usaha-usaha terpadu,
terarah dan berencana dari seluruh potensi nasional dengan melibatkan generasi
muda sebagai subyek pembangunan. Organisasi-organsisasi pemuda yang telah berjalan
baik adalah merupakan potensi yang siap untuk dilibatkan dalam kegiatan
pembangunan nasional.
Potensi-potensi yang terdapat pada
generasi muda perlu dikembangkan yaitu seperti Idealisme dan daya kritis;
Dinamika dan kreatifitas; Keberanian mengambil resiko; Optimis dan kegairahan
semangat; Sikap kemandirian dan disiplin murni; Terdidik; Keanekaragaman dalam
persatuan dan kesatuan; Patriotisme dan nasionalisme; Sikap ksatria; Kemampuan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sosialisasi
adalah proses yang membantu individu melalui belajar dan penyesuaian diri,
bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Proses sosialisasi
sebenarnya berawal dari dalam keluarga.
Bagi anak-anak yang masih kecil,
situasi sekelilingnya adalah keluarga sendiri. Gambaran diri mereka merupakan
pantulan perhatian yang diberikan keluarga kepada mereka. Persepsi mereka
tentang dirinya dunia dan masyarakat di sekelilingnya secara langsung dipengaruhi
oleh tindakan dan keyakinan keluarga-keluarga mereka. Nilai-nilai yang dimiliki
oleh individu dan berbagai peran diharapkan dilakukan oleh seseorang, semuanya
berawal dari dalam lingkungan keluarga sendiri.
Melalui proses sosialisasi, individu
(pemuda) akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya dengan
proses sosialisasi, individu menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku
ditengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Kepribadian seseorang
melalui proses sosialisasi dapat terbentuk di mana kepribadian itu merupakan
suatu komponen pemberi atau penyebab warna dari wujud tingkah laku social
manusia, jadi dalam hal ini sosialisasi merupakan salah satu proses belajar
kebudayaan dari anggota masyarakat dalam hubungannya dengan sistem social.
Dalam proses tersebut seorang individu dari masa anak-anak hingga dewasa
belajar pola-pola tindakan dalam interaksi beraneka ragam atau macam peranan
sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap individu dalam masyarakat yang
berbeda mengalami proses sosialisasi yang berbeda pula, karena proses
sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial
yang bersangkutan. Jadi sosialisasi dititikberatkan soal individu dalam
kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses
sosialisasi melahirkan kedirian (self) dan kerpibadian seseorang terhadap diri
sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya.
Proses sosialisasi ini berarti tidak
berhenti sampai pada keluarga, tapi masih ada lembaga lainnya. Cohen (1983)
menyatakan bahwa lembaga-lembaga sosialisasi yang terpenting ialah keluarga,
sekolah, kelompok sebaya dan media masa. Dengan demikian sosialisasi dapat
berlangsung secara formal ataupun informal. Secara formal, proses sosialisasi
lebih teratur karena didalamnya disajikan seperangkat ilmu pengetahuan secara
teratur dan sistematis serta dilengkapi oleh perangkat norma yang tegas dan
harus dipatuhi oleh setiap individu. Proses sosialisasi ini dilakukan secara
sadar dan sengaja. Sedangkan yang informal, proses sosialaisasi ini bersifat
tidak sengaja, terjadinya ini bila seseorang individu mempelajari pola-pola
keterampilan, norma atau perilaku melalui pengamatan informal terhadap
interaksi orang lain. Meskipun sosialisasi itu mungkin berbeda-beda dalam
berbagai lembaga, kelompok maupun masyarakat, namun sosialisasi itu sendiri
banyak memiliki kesamaan.
Mengembangkan Potensi Generasi Muda
Jika pada abad ke 20 ini Planet Bumi
dihuni oleh mayoritas penduduk berusia muda, dengan perkiraan berusia 17
tahunan, tentu akan menimbulkan beberapa pertanyaan. Dua di antara deretan
pertanyaan yang muncul adalah: Apakah generasi muda itu telah mendapat
kesempatan mengenyam dunia pendidikan dan keterampilan sebagai modal utama bagi
insan pembangunan? Sampai di mana penyelenggaraan pendidikan formal dan non
formal berperan bagi pembangunan, terutama bagi negara-negara yang sedang
berkembang?
Pada kenyataannya negara-negara sedang
berkembang masih banyak mendapat kesulitan untuk penyelenggaraan pengembangan
tenaga usia muda melalui pendidikan. Sehubungan dengan itu negara-negara sedang
berkembang merasakan selalu kekurangan tenaga terampil dalam mengisi
lowongan-lowongan pekerjaan tertentu yang meminta tenaga kerja dengan
keterampilan khusus. Kekurangan tenaga terampil itu terasa manakala
negara-negara sedang berkembang merencanakan dan berambisi untuk mengembangkan
dan memanfaatkan sumber-sumber alam yang mereka miliki. Misalnya dalam
Eksplorasi
dan ekspolitasi sektor pertambangan, baik yang berlokasi di darat maupun yang
ada di lepas pantai. Hal yang sama juga dirasakan manakala negara-negara sedang
berkembang berniat untuk melaksanakan program-program industrialisasi yang
menuntut tenaga-tenaga terampil berkualitas tinggi.
Pembinaan dan pengembangan potensi
angkatan muda pada tingkat perguruan tinggi, lebih banyak diarahkan dalam
program-program studi dalam berbagai ragam pendidikan formal. Mereka dibina
digembleng di laboratorium-laboratorium dan pada kesempatan-kesempatan praktek
lapangan.
Kaum muda memang betul-betul merupakan
suatu sumber bagi pengembangan masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu,
pembinaan dan perhatian khusus harus diberikan bagi kebutuhan dan pengembangan
potensi mereka.
Namun demikian tidak dapat disangkal
bahwa kualitas sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan
dalam proses pembangunan. Hal ini karena manusia bukan semata-mata menjadi
obyek pembangunan, tetapi sekaligus juga merupakan subyek pembangunan. Sebagai
subyek pembangunan maka setiap orang harus terlibat secara aktif dalam proses
pembangunan; sedangkan sebagai obyek, maka hasil pembangunan tersebut harus
bisa dinikmati oleh setiap orang.
Disinilah terletak arti penting dari
pendidikan sebagai upaya untuk terciptanya kualitas sumber daya manusia,
sebagai prasarana utama dalam pembangunan. Suatu bangsa akan berhasil dalam
pembangunannya secara ‘self propelling’ dan tumbuh menjadi bangsa yang maju
apabila telah berhasil memenuhi minimum jumlah dan mutu (termasuk relevansi
dengan pembangunan) dalam pendidikan penduduknya.
Walaupun
pada saat ini sistem pendidikan mulai dikeloa secara lebih terbuka dan
memungkinkan diterapkannya inovasi teknologi serta perkembangan-perkembangan
ilmu mutakhir, dan walaupun anggaran biaya-biaya kependidikan semakin hari
semakin bertambah sehingga telah merupakan jumlah yang cukup besar dibandingkan
dengan biaya pembinaan sektor lainnya, nampaknya persoalan yang tidak mudah
diatasi.
No comments:
Post a Comment