Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan
cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara
naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir
yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah
terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lain. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); dan di dalamnya dapat disertakan tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru pada wujud tulisan sepadan dengan intonasi akhir pada wujud lisan sedangkan spasi yang mengikuti mereka melambangkan kesenyapan. Tanda baca sepadan dengan jeda.
terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lain. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); dan di dalamnya dapat disertakan tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru pada wujud tulisan sepadan dengan intonasi akhir pada wujud lisan sedangkan spasi yang mengikuti mereka melambangkan kesenyapan. Tanda baca sepadan dengan jeda.
Pola
Dasar Kalimat Bahasa Indonesia
Kalimat yang kita
gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang
sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal
dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing,
kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja
harus didasarkan pada kaidah yang berlaku. Pola dasar kalimat bahasa Indonesia
adalah sebagai berikut.
Kalimat Dasar Berpola S
P Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat
untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata
bilangan.
Misalnya:
(1)
Mereka / sedang berenang.
S P (kata
kerja)
(2)
Ayahnya / guru SMA.
S P
(kata benda).
(3)
Gambar itu / bagus.
S
P (kata sifat)
(4)
Peserta penataran ini / empat puluh orang.
S
P (kata
bilangan).
Kalimat Dasar Berpola S
P O Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek.
(5)
Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah.
S
P
O
Kalimat Dasar Berpola S
P Pel. Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap.
(6)
Anaknya / beternak / ayam.
S
P Pel.
Kalimat
Dasar Berpola S P O Pel. Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, objek, dan pelengkap.
(7)
Dia / mengirimi / saya / surat.
S P
O Pel.
Kalimat
Dasar Berpola S P K Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan
keterangan.
(8)
Mereka / berasal / dari Surabaya.
S P
K
Kalimat Dasar Berpola S
P O K Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan
keterangan.
(9)
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
S P
O
K.
Kalimat yang Baik dan
Benar
Kalimat yang benar
adalah kalimat yang sesuai dengan aturan atau kaidah yang berlaku, baik yang
berkaitan dengan kaidah tata bunyi (fonologi), tata bahasa, kosakata, maupun
ejaan. Sementara itu, kalimat yang baik adalah kalimat yang efektif, yaitu
kalimat yang dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat. Perhatikan kedua
contoh kalimat berikut ini.
(10)
Dia mencarikan pekerjaan untuk saya.
(11)
Kucing itu telah wafat dengan sukses.
Kata kerja mencarikan
tergolong kata kerja benefaktif, dalam arti, pekerjaan tersebut dilakukan untuk
orang lain. Oleh karena itu, kata kerja tersebut harus diikuti oleh objek yang
berupa orang sehingga susunan yang benar untuk kalimat (10) adalah Dia
mencarikan saya pekerjaan. Akan tetapi, walaupun tidak memenuhi syarat sebagai
kalimat yang benar, kalimat (10) dapat dikatakan sebagai kalimat yang baik
karena dapat menyampaikan pesan/informasi. Sebaliknya, kalimat (11) tergolong
kalimat yang benar karena telah memenuhi kaidah tata bahasa (ada subjek,
predikat, dan keterangan), tetapi tidak dapat menyampaikan pesan secara
efektif. Orang akan bertanya-tanya, mengapa untuk kucing digunakan kata wafat,
dan mengapa kata wafat diberi keterangan sukses.
Berkaitan dengan karya
ilmiah, kalimat-kalimat yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah haruslah
kalimat yang baik dan benar. Artinya, kalimat-kalimatnya harus disusun sesuai
dengan kaidah yang berlaku, serta harus dapat menyampaikan pesan/informasi
secara tepat. Berikut ini dipaparkan beberapa ciri kalimat yang baik dan benar.
Kalimat Memiliki Subjek
yang Jelas
Berdasarkan kaidah tata
bahasa, kalimat harus memiliki subjek yang jelas. Jika subjek tidak ada atau
tidak jelas, berarti kalimat tersebut tidak memenuhi kriteria sebagai kalimat
yang benar. Pada kenyataannya, banyak dijumpai kalimat yang subjeknya tidak
jelas. Ketidakjelasan subjek tersebut pada umumnya terjadi karena subjek
didahului oleh kata depan. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
(12)
Untuk pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan wawancara.
(13)
Di desa yang kami teliti memerlukan tambahan Puskesmas.
(14)
Dalam masyarakat Jawa mengenal sistem religi.
Pada kalimat (12),
sebenarnya subjeknya adalah pengumpulan data. Akan tetapi, subjek tersebut
tidak jelas karena didahului oleh kata depan untuk. Agar subjek kalimat di atas
jelas, kata depan untuk harus dihilangkan sehingga kalimatnya menjadi seperti
berikut.
(12a)
Pengumpulan data / menggunakan / teknik observasi dan wawancara.
S
P
O
Perbaikan dengan cara
lain dapat dilakukan, yaitu dengan tetap mempertahankan kata depan untuk,
tetapi predikatnya harus diubah menjadi kata kerja pasif, yaitu digunakan.
Dengan cara seperti itu, untuk pengumpulan data berfungsi sebagai keterangan,
digunakan sebagai predikat, dan teknik observasi dan wawancara sebagai
subjek. Jadi, kata depan boleh saja terletak di awal kalimat asalkan kata depan
tersebut merupakan bagian dari keterangan, bukan di depan subjek.
Perhatikan
kalimat perbaikan berikut ini.
(12b)
Untuk pengumpulan data / digunakan / teknik observasi dan wawancara.
K
P S
Cara
lain yang dapat ditempuh untuk memperbaiki kalimat (12) di atas adalah dengan cara
menambahkan unsur yang dapat berfungsi sebagai subjek, misalnya kata peneliti,
penulis, kami, atau mereka, di depan predikat menggunakan.
(12c)
Untuk pengumpulan data /peneliti /menggunakan /teknik observasi dan wawancara.
K S P
O
Berdasarkan
uraian yang telah dikemukakan, kalimat (13) dan (14) di atas secara berturut-turut
dapat diperbaiki menjadi seperti berikut.
(13a)
Desa yang kami teliti / memerlukan / tambahan Puskesmas.
S P O
(13b)
Di desa yang kami teliti / diperlukan / tambahan Puskesmas.
K P S
(14a)
Masyarakat Jawa / mengenal / sistem religi.
S P O
(14b)
Dalam masyarakat Jawa / dikenal / sistem religi.
K P S
Contoh
lain yang memperlihatkan ketidakjelasan subjek adalah sebagai berikut.
(15)
Berdasarkan hasil rapat memutuskan bahwa penerimaan pegawai baru dapat dilakukan
secara bertahap. Subjek kalimat di atas sebenarnya adalah hasil rapat, tetapi
subjek tersebut menjadi tidak jelas karena penggunaan kata depan berdasarkan di
depan subjek. Dengan demikian, supaya subjek kalimat di atas jelas, kata depat
berdasarkan harus dihilangkan sehingga kalimatnya menjadi seperti berikut.
(15a)
Hasil rapat / memutuskan / bahwa penerimaan pegawai baru dapat dilakukan….
S P
O
Cara
lain untuk memperbaiki kalimat di atas adalah dengan cara tetap mempertahankan kata
depan berdasarkan di awal kalimat, tetapi perkataan memutuskan bahwa harus
dihilangkan. Dengan demikian, kalimatnya akan menjadi seperti berikut.
(15b)
Berdasarkan hasil rapat,/penerimaan pegawai baru/dapat dilakukan/secara
bertahap.
K S P K
Kalimat Memiliki
Predikat yang Jelas
Selain
harus memiliki subjek, kalimat juga harus memiliki predikat. Berikut adalah contoh
kalimat yang tidak berpredikat.
(16)
Untuk mendapatkan data yang valid, peneliti harus ke lapangan.
(17)
Penelitian ini untuk memperoleh data tentang penghidupan masyarakat nelayan.
Kalimat
(16) di atas tidak berpredikat. Untuk memperbaiki kalimat tersebut, di belakang
kata harus perlu ditambahkan kata kerja, misalnya pergi atau terjun, yang akan
berfungsi sebagai predikat. Perhatikan kalimat perbaikan berikut ini.
(16a)
Untuk mendapatkan data yang valid, / peneliti / harus pergi / ke lapangan.
K S P K
(16b)
Untuk mendapatkan data yang valid, / peneliti / harus terjun / ke lapangan.
K S P K
Demikian
pula halnya dengan kalimat (17), di belakang subjek penelitian ini perlu ditambahkan
kata dilakukan atau dilaksanakan yang akan berfungsi sebagai predikat.
(17a)
Penelitian ini dilakukan/dilaksanakan untuk memperoleh data tentang penghidupan
masyarakat nelayan.
Ketidakadaan
predikat sebuah kalimat dapat pula disebabkan oleh pemakaian kata yang bukan
pada tempatnya. Hal itu dapat dilihat pada contoh berikut.
(18)
Gedung bertingkat itu yang mengganggu lalu lintas penerbangan.
Kata
kerja mengganggu pada contoh (18) tidak dapat berfungsi sebagai predikat karena
didahului kata yang. Dengan demikian, pernyataan tersebut bukan kalimat karena
tidak memiliki predikat. Untuk memperbaiki contoh (18), kata yang di depan kata
kerja mengganggu harus dihilangkan sehingga kata mengganggu berfungsi sebagai
predikat. Perhatikan kalimat perbaikan berikut ini.
(18a)
Gedung bertingkat itu / mengganggu / lalu lintas penerbangan.
S P O
Bagian Kalimat Majemuk
tidak Dipenggal
Dalam
pemakaian bahasa sering ditemukan adanya bagian kalimat majemuk yang ditulis terpisah
dari bagian sebelumnya. Misalnya:
(19)
Para peserta penataran datang terlambat. Sehingga mereka tidak dapat mengikuti acara
pembukaan.
(20)
Dalam penelitian ini tidak semua data dapat dikumpulkan. Karena lokasi penelitian
sulit dijangkau kendaraan.
(21)
Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan. Sedangkan data sekunder adalah
data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan.
Konjungsi
atau kata sambung sehingga (19), karena (20), dan sedangkan (21) merupakan konjungsi
intrakalimat. Konjungsi tersebut berfungsi menghubungkan bagian-bagian di dalam
sebuah kalimat, bukan menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.
Sebagai bagian kalimat, unsur yang diawali oleh konjungsi tersebut tidak dapat
berdiri sendiri sebagai kalimat. Dengan demikian, bagian kalimat yang diawali
oleh konjungsi tersebut harus ditulis serangkai dengan bagian sebelumnya, yaitu
menjadi seperti berikut.
(19a)
Para peserta penataran datang terlambat sehingga mereka tidak dapat mengikuti acara
pembukaan.
(20a)
Dalam penelitian ini tidak semua data dapat dikumpulkan karena lokasi
penelitian sulit dijangkau kendaraan.
(21a)
Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan, sedangkan data sekunder adalah
data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan.
Untuk
kalimat (20a), jika bagian kalimat yang diawali konjungsi itu ingin lebih ditonjolkan
atau dipentingkan, bagian kalimat tersebut dapat saja ditempatkan pada awal
kalimat, yaitu menjadi seperti berikut.
(20b)
Karena lokasi penelitian sulit dijangkau kendaraan, dalam penelitian ini tidak semua
data dapat dikumpulkan.
Kalimat Disusun secara
Padu
Yang
dimaksud dengan kepaduan dalam kalimat adalah adanya hubungan timbal balik yang
baik dan jelas di antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk
kalimat tersebut. Kepaduan dalam kalimat akan rusak karena salah menempatkan
kata depan (tentang, mengenai, akan). Kepaduan juga akan rusak karena salah
menempatkan kata keterangan aspek (sudah, telah, akan) atau keterangan
modalitas (harus, boleh, ingin) pada kalimat pasif. Hal tersebut dapat dilihat
pada contoh berikut.
(22)
Kami akan membicarakan tentang sistem pendidikan di Indonesia.
(23)
Laporan ini saya harus perbaiki secepatnya.
(24)
Kita telah bahas masalah tersebut dalam diskusi kita bulan lalu.
Kalimat
(22) tidak padu karena antara kata kerja transitif membicarakan dan objeknya sistem
pendidikan di Indonesia disisipkan kata depan tentang. Untuk menjaga kepaduan,
kata depan tentang pada kalimat tersebut harus dihilangkan. Cara lain untuk
memperbaiki kalimat tersebut adalah kita tetap mempertahankan kata depan
tentang, tetapi kata kerjanya diubah menjadi berbicara. Kalimat (23) dan (24)
adalah kalimat pasif dengan penanggalan awalan me(N): perbaiki (23) dan bahas
(24). Dalam kedua kalimat pasif tersebut, antara pelaku dan kata kerjanya tidak
boleh disisipkan unsur lain. Jadi, untuk menjaga kepaduan, keterangan modalitas
harus pada (23) dan keterangan aspek telah (24) harus dipindahkan ke depan
pelaku. Ketiga kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi seperti berikut.
(22a)
Kami akan membicarakan sistem pendidikan di Indonesia.
(22b)
Kami akan berbicara tentang sistem pendidikan di Indonesia.
(23a)
Laporan ini harus saya perbaiki secepatnya.
(24a)
Telah kita bahas masalah tersebut dalam diskusi kita bulan lalu.
Kalimat Memiliki
Bentuk-bentuk yang Sejajar (Paralel)
Kesejajaran
bentuk berarti pengungkapan gagasan-gagasan yang sama fungsinya ke dalam suatu
bentuk atau struktur yang sama pula. Bila salah satu gagasan dinyatakan dalam bentuk
kata benda, gagasan lain yang memiliki fungsi yang sama dinyatakan dalam bentuk
kata benda pula.
Bentuk-bentuk
kata yang sejajar dalam sebuah kalimat memperlihatkan
pikiranpikiran/gagasan-gagasan yang sejajar pula. Kesejajaran antara
pikiran/gagasan dan bentuk bahasa yang dipakai dapat mempermudah pembaca untuk
memahami makna kalimat.
Perhatikan
contoh kalimat berikut ini.
(25)
Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi, pencarian bahan
bacaan, dan menyusun rancangan.
(26)
Tahap akhir penelitian ini adalah penyusunan laporan dan menyerahkan hasil penelitian.
Pada
kalimat (25) terdapat tiga unsur yang sama fungsinya, yaitu mengumpulkan informasi,
pencarian bahan bacaan, dan menyusun rancangan. Akan tetapi, ketiga unsur tersebut
tidak dinyatakan melalui bentuk-bentuk yang sejajar. Pada kalimat (26), unsur penyusunan
laporan dan menyerahkan hasil penelitian juga tidak memperlihatkan kesejajaran bentuk.
Dengan demikian, kalimat (25) dan (26) di atas tidak memiliki kesejajaran atau keparalelan.
Supaya memperlihatkan kesejajaran, kedua kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi
seperti berikut.
(25a)
Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi, mencari bahan bacaan,
dan menyusun rancangan.
(25b)
Kegiatan yang telah kami lakukan adalah pengumpulan informasi, pencarian bahan
bacaan, dan penyusunan rancangan.
(26a)
Tahap akhir penelitian ini adalah menyusun laporan dan menyerahkan hasil penelitian.
(26b)
Tahap akhir penelitian ini adalah penyusunan laporan dan penyerahan hasil penelitian.
Susunan Kalimat dengan
Kata-kata yang Hemat
Untuk
menjaga kehematan, kata, kelompok kata, atau bentuk lain yang tidak diperlukan sebaiknya
dihilangkan. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mempertahankan kehematan.
(a)
Tidak mengulang subjek yang sama dalam kalimat majemuk
(27)
Setelah makalah ini diperbaiki, makalah ini akan segera dipresentasikan.
(28)
Surat ini harus ditandatangani terlebih dahulu sebelum surat ini dikirimkan.
Subjek
induk kalimat dan subjek anak kalimat pada (27) sama, yaitu makalah ini. Demikian
juga halnya dengan kalimat (28), induk kalimat dan anak kalimatnya memiliki
subjek yang sama, yaitu surat ini. Untuk menjaga kehematan, subjek yang sama
tersebut cukup disebutkan satu kali. Perlu diperhatikan bahwa subjek yang harus
dihilangkan adalah subjek yang terdapat pada anak kalimat. Perhatikan kalimat
perbaikan berikut ini.
(27a)
Setelah diperbaiki, makalah ini akan segera dipresentasikan.
(28a)
Surat ini harus ditandatangani terlebih dahulu sebelum dikirimkan.
(b)
Tidak menjamakkan kata yang bermakna jamak
(29)
Banyak kata-kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing.
(30)
Seluruh surat-surat yang dikumpulkannya dapat dijadikan bukti bahwa dia tidak bersalah.
Kata
banyak dan seluruh sudah bermakna jamak. Oleh karena itu, kata benda yang mengikutinya
tidak perlu diulang atau dijamakkan lagi. Pengulangan kata benda dapat
dilakukan jika kata yang bermakna jamak yang mendahuluinya tidak dipakai.
Perhatikan kalimat perbaikan berikut ini.
(29a)
Banyak kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing.
(30a)
Seluruh surat yang dikumpulkannya dapat dijadikan bukti bahwa dia tidak bersalah.
(30b)
Surat-surat yang dikumpulkannya dapat dijadikan bukti bahwa dia tidak bersalah.
(c)
Menghilangkan bentuk yang bersinonim
(31)
Tulisannya sangat rapi sekali.
(32)
Dia bekerja keras demi untuk menghidupi anak dan istrinya.
Untuk
menjaga kehematan, sebaiknya kita memilih salah satu dari kata-kata yang
dicetak miring tersebut, yaitu:
(31a)
Tulisannya sangat rapi.
(31b)
Tulisannya rapi sekali.
(32a)
Dia bekerja keras demi menghidupi anak dan istrinya.
(32b)
Dia bekerja keras untuk menghidupi anak dan istrinya.
(d)
Menghilangkan kata superordinat pada kata yang merupakan hiponiminya
(34)
Kami berlangganan surat kabar Kompas.
(35)
Dia mengenakan baju berwarna kuning.
Surat
kabar dan berwarna masing-masing merupakan superordinat dari Kompas dan kuning.
Jadi, kedua kata tersebut, yaitu surat kabar dan berwarna tidak perlu
disebutkan.
(34a)
Kami berlangganan Kompas.
(35a)
Dia mengenakan baju kuning.
(e)
Menghilangkan kata saling pada kata kerja resiprokal
(36)
Kedua pemuda yang sedang berkelahi itu saling pukul-memukul.
Kata
kerja resiprokal adalah kata kerja yang dilakukan oleh dua orang atau dua pihak
secara berbalasan. Karena dilakukan oleh dua pihak secara berbalasan, pada kata
kerja tersebut sudah terkandung makna saling. Pukul-memukul sama artinya dengan
saling memukul. Dengan demikian, jika kita memakai kata kerja resiprokal
pukul-memukul, kata saling tidak perlu dipakai. Akan tetapi, jika kita akan
memakai kata saling, kata pukul-memukul kita ubah menjadi memukul. Perhatikan
kalimat perbaikan berikut ini.
(36a)
Kedua pemuda yang sedang berkelahi itu pukul-memukul.
(36b)
Kedua pemuda yang sedang berkelahi itu saling memukul.
Berkaitan
dengan kehematan ini, unsur-unsur tertentu yang merupakan bagian dari ungkapan
idiomatik sebaiknya tidak dihilangkan. Ungkapan idiomatik yang unsur-unsurnya tidak
boleh dihilangkan itu antara lain bergantung pada, terdiri atas, sesuai dengan,
sejalan dengan, berkaitan dengan, dibandingkan dengan, serta sehubungan dengan.
Susunan Kalimat dengan
Ketunggalan Arti (Tidak Ambigu)
Bahasa
formal dan ilmiah mensyaratkan ketunggalan arti. Dengan demikian, kita harus secara
saksama mempertimbangkan setiap kata, kelompok kata, atau kalimat yang akan
kita pakai agar pembaca memahami hal yang kita ungkapkan persis seperti yang
kita maksudkan.
Perhatikan
contoh-contoh berikut ini.
(37)
Mereka mengeluarkan botol bir dari dapur yang menurut hasil penelitian berisi cairan
racun.
(38)
Pria dan wanita yang memakai pita akan mengikuti lomba balap karung.
Pada
kalimat (37), apa yang berisi cairan racun itu, botol bir atau dapur? Jika yang
berisi cairan racun itu botol bir, kalimat tersebut sebaiknya diperbaiki
strukturnya menjadi seperti berikut.
(37a)
Dari dapur, mereka mengeluarkan botol bir yang menurut hasil penelitian berisi cairan
racun. Pada kalimat (38), siapa yang memakai pita itu, wanita saja atau wanita
dan pria? Jika yang memakai pita itu hanya wanita, struktur kalimat tersebut
perlu diubah menjadi seperti berikut.
(38a)
Wanita yang memakai pita dan pria akan mengikuti lomba balap karung.
Susunan Kalimat harus
Logis
Kalimat
di dalam karya ilmiah harus gramatikal atau sesuai dengan kaidah tata bahasa.
Di samping harus gramatikal, kalimat juga harus logis, dalam arti, harus
mengandung penalaran atau logika yang baik atau dapat diterima oleh akal sehat.
Contoh berikut memperlihatkan ketidaklogisan penalaran.
(39)
Pembangunan jembatan yang diperkirakan menghabiskan dana sekitar dua miliar itu
akan dibangun tahun depan.
(40)
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, makalah ini selesai
penulis susun.
Pada
contoh (39), subjek kalimatnya adalah pembangunan jembatan yang diperkirakan menghabiskan
dana dua miliar itu dan predikatnya adalah akan dibangun. Pertanyaan yang segera
muncul adalah mungkinkah pembangunan itu dibangun? Jawabannya tentu saja tidak karena
pembangunan itu lazimnya dilaksanakan, dilakukan, atau dimulai, bukan dibangun.
Dengan
demikian, dari segi penalaran ada kejanggalan dalam kalimat tersebut. Kalimat
tersebut dapat diperbaiki menjadi seperti berikut.
(39a)
Pembangunan jembatan yang diperkirakan menghabiskan dana sekitar dua miliar itu
akan dilaksanakan/dilakukan/dimulai tahun depan. Kalimat (40) dikatakan tidak
logis karena tidak mungkin dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa, suatu pekerjaan, termasuk menyusun makalah, dapat diselesaikan.
Segala sesuatu yang ada di dunia ini dapat terjadi atau tidak terjadi apabila dikehendaki
oleh Tuhan. Segala sesuatu ada atau tidak ada karena kehendak-Nya. Dengan demikian,
supaya kalimat (40) menjadi logis, yang dapat diterima oleh akal sehat, kalimat
tersebut dapat diubah menjadi seperti berikut.
(40a)
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kehendak-Nya tulisan ini dapat diselesaikan.
Contoh
kalimat lain yang memperlihatkan ketidaklogisan penalaran adalah sebagai berikut.
(41)
Kontraktor tidak jadi memilih lokasi tersebut karena sering kebanjiran.
(42)
Hadiah itu dititipkannya kepada petugas tata usaha karena tidak bertemu dengan kepala
sekolah.
Kalimat
(41) dan (42) di atas merupakan kalimat majemuk bertingkat. Pada kedua kalimat
tersebut, anak kalimatnya tidak memiliki subjek: karena sering kebanjiran (41)
dan karena tidak bertemu dengan kepala sekolah (42). Pada pembahasan di muka
dijelaskan bahwa jika subjek induk kalimat sama dengan subjek anak kalimat,
subjek anak kalimat tidak perlu disebutkan, demi kehematan. Jadi, jika subjek
anak kalimat tidak disebutkan berarti subjek anak kalimat tersebut sama dengan
subjek induk kalimat. Berdasarkan pertimbangan tersebut, jika subjek anak
kalimat pada kedua contoh di atas dimunculkan, akan terdapat struktur sebagai berikut:
(41)
*Kontraktor tidak jadi memilih lokasi tersebut karena (kontraktor) sering kebanjiran
(42)
*Hadiah itu dititipkannya kepada petugas tata usaha karena (hadiah itu) tidak bertemu
dengan kepala sekolah.
Pertanyaan
yang segera muncul adalah mungkinkah kontraktor sering kebanjiran, dan mungkinkah
hadiah itu tidak bertemu dengan kepala sekolah? Ketidaklogisan penalaran pada
kedua contoh tersebut terjadi karena pembuat kalimat salah menghilangkan unsur
kalimat. Penghilangan unsur kalimat dapat dilakukan apabila unsur-unsur kalimat
tersebut memiliki fungsi yang sama, dalam hal ini sama-sama berfungsi sebagai
subjek. Akan tetapi, jika unsurunsur kalimat yang sama tersebut memiliki fungsi
yang berbeda, atau jika subjek diisi oleh unsur bahasa yang berbeda,
penghilangan salah satu unsur tidak dapat dilakukan. Jadi, kedua kalimat di atas
dapat diperbaiki menjadi seperti berikut.
(41a)
Kontraktor tidak jadi memilih lokasi tersebut karena lokasi tersebut sering kebanjiran.
(41b)
Lokasi tersebut tidak jadi dipilih oleh kontraktor karena sering kebanjiran.
(42a)
Hadiah itu dititipkannya kepada petugas tata usaha karena dia tidak bertemu dengan
kepala sekolah.
(42b)
Dia menitipkan hadiah itu kepada petugas tata usaha karena tidak bertemu dengan
kepala sekolah.
Kesimpulan
Bahasa
bukan sekadar alat komunikasi, tetapi bahasa itu bersistem. Dengan demikian, dalam
berbahasa, kita bukan sekadar asal mengerti, tetapi perlu menaati kaidah atau
aturan yang berlaku. Kalimat-kalimat yang digunakan dalam ragam formal, apalagi
dalam penulisan karya ilmiah, haruslah kalimat yang baik dan benar. Artinya,
kalimat-kalimatnya harus disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku, serta harus
dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat.
Daftar Pustaka
1. Mustakim.
1994. Membina Kemampuan Berbahasa:
Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2. Sugono,
Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia dengan
Benar. Jakarta: Puspa Swara.
3. Keraf,
Gorys. 1980. Komposisi. Ende, Flores:
Nusa Indah.
4. pustaka.unpad.ac.id diakses
tangal 15 Oktober 2015
5. https://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Kalimat diakses tanggal 15 Oktober 2015.
6. kbbi.web.id/kalimat diakses tanggal 17 Oktober 2015.
No comments:
Post a Comment