Dalam sebuah
artikel, laporan penelitian, atau berbagai karangan ilmiah pada umumnya adalah
hasil dari pengalaman, pengamatan dan penelitian. Seorang penulis dalam membuat
sebuah tulisan pasti membutuhkan pelengkap untuk memperkuat argumen yang
ditulisnya dengan menunjuk
atau menggunakan karya orang lain. Sintesis merupakan rangkuman berbagai rujukan yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian si penulis (Hargiyanto, 2012). Sintesis dibangun berdasarkan kutipan-kutipan yang dikumpulkan oleh penulis dan pemahamannya atas kutipan tersebut. Dalam hal kutip mengutip inilah dikenal teknik dan adat kebiasaan mengakui dan mengucapkan terima kasih kepada sumber materinya (ide dan fakta baru) dan materialnya (data penelitian, tabel, grafik, gambar, skema). Arti pentingnya pengakuan dan pengucapan terima kasih ini tersirat dan tersurat dalam sebuah arti istilah 'copyright' (Brotowidjoyo, 1988:83).
atau menggunakan karya orang lain. Sintesis merupakan rangkuman berbagai rujukan yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian si penulis (Hargiyanto, 2012). Sintesis dibangun berdasarkan kutipan-kutipan yang dikumpulkan oleh penulis dan pemahamannya atas kutipan tersebut. Dalam hal kutip mengutip inilah dikenal teknik dan adat kebiasaan mengakui dan mengucapkan terima kasih kepada sumber materinya (ide dan fakta baru) dan materialnya (data penelitian, tabel, grafik, gambar, skema). Arti pentingnya pengakuan dan pengucapan terima kasih ini tersirat dan tersurat dalam sebuah arti istilah 'copyright' (Brotowidjoyo, 1988:83).
1.
Kutipan
Dalam menulis karya ilmiah, kadangkala
kita mengutip pendapat orang lain. Kutipan itu kita gunakan sebagai alat untuk
memperkuat argumentasi kita. Dalam upaya tersebut, perlu diperhatikan
kebiasaan-kebiasan yang lazim berlaku dalam dunia ilmu. Kutipan terdiri atas
dua jenis, yaitu (1) kutipan langsung dan (2) kutipan tidak langsung. Dalam
mengutip secara langsung kita tidak melakukan perubahan apa pun terhadap teks
atau bagian teks yang kita kutip tersebut sedangkan dalam mengutip tidak secara
langsung kita diperkenankan untuk menggunakan kata-kata kita sendiri tetapi
tidak mengubah makna pada teks
aslinya.
Keduanya jenis kutipan ini bertujuan sama, yaitu meminjam pemikiran orang lain
untuk melengkapi tulisan kita tanpa menghilangkan penghargaan kita kepada orang
yang pikirannya kita pinjam tersebut.
Kutipan langsung dan kutipan tidak
langsung memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri kutipan langsung adalah:
(1)
Tidak boleh ada perubahan terhadap teks asli,
(2)
Tanda (sic!) digunakan apabila ditemukan kesalahan pada teks asli,
(3)
Tanda tiga titik tiga berspasi (. . .) digunakan apabila ada bagian kutipan
yang dihilangkan, dan
(4)
Menggunakan sumber kutipan yang berlaku dalam bidang selingkung.
Dalam proses ini, kadang kita mengutip
teks yang panjang dan kadang mengutip teks yang pendek. Sebuah kutipan disebut
kutipan pendek apabila tidak lebih dari empat baris sedangkan kutipan panjang
lebih dari empat baris. Kutipan pendek (1) diintegrasikan langsung dengan
tulisan kita, (2) diapit oleh tanda kutip, dan, (3) jangan lupa, sumber
kutipan. Kutipan langsung panjang (1) dipisahkan dari teks kita dengan dengan
spasi dan besaran huruf yang lebih kecil, (2) boleh diapit oleh tanda kutip
oleh tidak, dan (3) jangan lupa, sumber kutipan harus ada. Kutipan langsung,
baik yang pendek maupun yang panjang, juga dapat dilakukan pada catatan kaki
dengan tatacara: spasi rapat, diapit tanda kutip, dan tidak boleh mengadakan
perubahan terhadap teks asli.
Kutipan tidak langsung disebut juga inti
sari pendapat memiliki ciri-ciri (1) diintegrasikan dengan teks, (2) tidak
diapit oleh tanpa kutip, dan (3) harus menyertakan sumber kutipan.
Mengenai sumber kutipan, hal tersebut
mutlak harus ditulis jika kita tidak ingin digolongkan sebagai orang yang
melakukan plagiarisme karena plagiarisme merupakan tindakan pencurian terhadap
hak cipta seseorang yang dilindungi oleh hukum. Selain terhindar dari tuduhan
plagiarisme, menyertakan data atas sumber kutipan juga berarti menghargai
pikiran orang yang tulisannya kita kutip selain sebagai etika dalam dunia ilmu
dan aspek legalitasnya.
2.
Sistem Rujukan
Dalam
upaya menjaga etika ilmiah dalam hal penggunaan sumber lain dalam sebuah
tulisan, kita mengenal sistem catatan. Sistem ini dikembangkan dalam tiap
bidang ilmu selingkung sehingga muncul variasi dalam penulisannya. Tidak heran
apabila sistem yang digunakan oleh bidang ilmu tertentu berbeda dengan sistem
yang dikembangkan oleh bidang ilmu lainnya. Walaupun demikian, kita mengenal
dua sistem perujukan yang sering digunakan, yaitu
(1)
catatan kaki, dan
(2)
catatan belakang.
Catatan
Kaki adalah
catatan yang diletakkan di bagian bawah halaman sedangkan Catatan Belakang ada
di akhir bab (dalam sebuah buku) atau bagian akhir sebuah tulisan (dalam sebuah
makalah).
Sistem
catatan dapat dibagi dalam dua jenis: referensi dan informasi tambahan. Yang
dimaksud dengan referensi adalah data semua sumber yang dijadikan rujukan
dengan ditandai oleh angka Arab. Teks di bawah ini akan menjelaskan bagaimana
catatan dibuat. Sebuah tulisan mengenai hubungan pribadi seseorang dengan
lingkungannya mengutip pendapat seorang tokoh psikologi Amerika bernama Donald
B. Calne. Tokoh ini menulis buku berjudul Batas
Nalar yang diterbitkan oleh Kepustakaan
Populer Gramedia di Jakarta. Di halaman 159, penulis buku membuat pernyataan
yang cukup penting mengenai mentalitas para pedagang sehingga perlu dikutip dan
diberi catatan (bagian yang dikutip ditebalkan).
Setiap orang akan
dipengaruhi oleh lingkungannya. Demikian pula dengan profesi seseorang. Orang
yang sukses berniaga punya kecenderugan bertindak dan menantang risiko di mana
perlu.1 Seperti
dikatakan oleh John Maynard Keynes, dst.
_______________
1Donald
B. Calne. 2005. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Hlm.159.
Informasi Tambahan pada sistem catatan digunakan
apabila penulis memandang perlu menjelaskan sebuah istilah, menjelaskan bagian
dari uraian tertentu, memberikan informasikan adanya sumber lain yang membahas
kasus yang sama. Tujuan informasi tambahan ini adalah agar pembaca mendapatkan
informasi yang lebih lengkap atas istilah atau bagian dari uraian tersebut.
Contoh berikut diambil dari tulisan Maman S. Mahayana yang berjudul “Gerakan
Budaya Menjelang Kemerdekan Indonesia Malaysia” yang terbit Jurnal Makara Vol.
11, No. 2 Desember 2007, hlm. 48-57. Di halaman 52, Maman menguraikan mengenai
usaha seorang tokoh Melayu bernama Ibrahim Yaakob. Kesimpulan atas usaha tokoh
itu secara singkat dimasukan dalam catatan kaki.
Sementara
itu, tahun-tahun awal selepas berakhir perang Pasifik, bagi Malaysia persoalannya
lain lagi. Bagi Malaysia, kemerdekaan yang dicapai Indonesia tanpa melibatkan
Tanah Melayu, seolah-olah merupakan sebuah rangkaian perjalanan yang berakhir
dengan kegagalan. Sungguhpun demikian, semangat untuk mencapai cita-cita
menjadikan Malaysia sebagai negara yang merdeka, tidak sama sekali pudar;
perjuangan mesti dilanjutkan. Ibrahim Yaakob dan beberapa pemimpin KRIS lainnya
kemudian terbang ke Indonesia dan selanjutnya melakukan perjuanganmya dari
Indonesia.17
_________________
17Perjuangan Ibrahim Haji Yaakob
untuk menyatukan Malaysia dengan Indonesia ternyata tidak pernah terwujud
sampai akhirnya ia meninggal tanggal 9 Maret 1979. Sebagai penghargaan atas
perjuangannya membantu Indonesia, Yaakob dimakamkan di Makam Pahlawan Kalibata,
10 Maret 1979.
Dalam
hal catatan kaki yang berisi referensi, seorang penulis hampir dapat dipastikan
menggunakan beberapa sumber. Apabila sumber-sumber itu dirujuk beberapa kali
dengan halaman yang sama atau berbeda-beda, maka tiga istilah, yaitu Ibid,
Op.Cit, dan Loc.Cit, harus diketahui dan dipergunakan dengan
benar.
Ibid,
Op.Cit, dan Loc.Cit.
ketiganya berasal dari bahasa Latin. Ibid berasal dari kata ibidem
yang artinya ‘pada tempat yang sama’. Istilah ini digunakan untuk
rujukan apa saja yang digunakan berturut-turut tanpa disela oleh sumber yang
lain. Op.Cit. berasal dari kata opere citato yang berarti ‘pada karya
yang telah dikutip’. Istilah ini digunakan apabila seorang penulis mengacu
sumber berupa sebuah buku yang diacu beberapa kali namun sumber tersebut telah
disela oleh sumber yang lain. Loc.Cit. berasal dari kata loco citato yang
artnya ‘pada tempat yang telah dikutip’. Istilah ini mengacu kepada artikel
dalam bunga rampai, jurnal, majalah, koran, ansiklopedi. Istilah ini
dipergunakan apabila artikel tersebut dirujuk beberapa kali dan telah disela oleh
sumber yang lain. Perhatikan contoh di bawah ini.
1Donald
B. Calne. 2005. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Hlm.159.
2Ibid.
3Ibid, hlm.
40.
4Ibid, hlm.
46.
5Boen S.
Oemarjati. 2012. “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai
Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press.
Hlm. 121.
6Arnold
Van Gennep. 1992. The Ritus of Passage. Chicago: Chicago University
Press. Hlm. 35.
7Donald
B. Calne, Op.Cit., hlm. 170.
8Boen S.
Oemarjati, Loc.Cit., hlm. 125.
9Arnold Van Gennep, Op.Cit., hlm. 42.
9Arnold Van Gennep, Op.Cit., hlm. 42.
3. Daftar
Pustaka
Daftar
pustaka atau bibliografi adalah semua sumber yang menjadi rujukan seorang
penulis dalam kegiatannya menulis sebuah karya ilmiah. Sumber-sumber tersebut
harus dihimpun dalam sebuah daftar yang lazim disebut sebagai Daftar Pustaka
atau Bibliografi atau Kepustakaan dengan fungsi sebagai berikut.
1.
Membantu
pembaca mengetahui ruang lingkup studi penulis.
2.
Memberikan
petunjuk kepada pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai tulisan yang
dibacanya serta hubungannya dengan tulisan lain yang berkaitan.
3.
Membantu
pembaca memilih referensi yang sesuai dengan bidang studinya.
4.
Sebagai
bentuk keterbukaan dan kejujuran penulis mengenai sumber-sumber yang
dipergunakannya.
Ada beberapa variasi penulisan
Daftar Pustaka. Variasi ini terjadi akibat pola-pola penulisan yang
dikembangkan oleh selingkung bidang, misalnya format MLA (The Modern Language
Association) dan format APA (American Psycologycal Association). Namun
demikian, unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah daftar pustaka pada dasarnya
sama. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
(1)
nama
penulis,
(2)
tahun
terbitan sumber yang bersangkutan,
(3)
judul
sumber yang dipakai sebagai referensi, dan
(4)
data
publikasi (nama tempat terbit, nama penerbit).
Dalam menyusun Daftar Pustaka,
beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu:
(1)
baris
pertama dimulai pada pias (margin) sebelah kiri, baris kedua dan selanjutnya
dimulai dengan 3--5 ketukan ke dalam,
(2)
jarak
antarbaris 1 spasi,
(3)
jarak
antarsumber 1,5 atau 2 spasi,
(4)
diurut
berdasarkan abjad huruf pertama nama keluarga penulis (bergantung pada gaya
selingkung bidang)
Untuk nama penulis, penulisannya
dalam daftar pustaka berbeda dengan penuisan dalam Catatan kaki. Pada Catatan
Kaki, nama penulis tidak dibalik tetapi Daftar Pustaka dibalik, yakni dengan
mendahulukan nama belakang karena dianggap sebagai nama keluarga dan dibatasi
oleh koma untuk kata selanjutnya yang dianggap sebagai nama diri seperti contoh
berikut.
Format MLA
Caine,
Donald B. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2005.
Gennep,
Arnold Van. The Ritus of Passage. Chicago: Chicago University Press,
1992.
Oemarjati,
Boen S. “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai Kembara
Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press, 2012.
Format APA
Caine,
Donald B. (2005). Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Gennep,
Arnold Van. (1992). The Ritus of Passage. Chicago: Chicago University
Press.
Oemarjati,
Boen S. (2012). “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet).
Jakarta: UI Press.
Apabila pengarang dalam sumber
lebih dari satu orang, maka nama penulis pertama saja yang dibalik sedangkan
nama pengarang kedua tidak. Apabila penulisnya empat orang atau lebih, maka
setelah nama penulis pertama cukup ditulis kata dan ‘dkk’ yang artinya ‘dan
kawan-kawan’ yang dalam istilah Latin adalah et.al. Contoh:
Dua Penulis:
Gustianti,
Rina dan Yulia Nazaruddin. (2005). 2012: Kiamat Tak Jadi Datang.
Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.
Tiga Penulis:
Gustianti,
Rina, Syahrial, dan Yulia Nazaruddin. (2005). 2012: Kiamat Tak Jadi Datang.
Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.
Empat Penulis:
Gustianti,
Rina, dkk. (2005). 2012: Kiamat Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.
Daftar Pustaka
1) PR Indonesia. Buku Modul Kuliah Bahasa Indonesia. UMSIDA:
Jawa Timur
2) https://sinaukomunikasi.wordpress.com/2013/09/20/serial-teknik-penulisan-ilmiah-kutipan-dan-sistem-rujukan/
diakses pada 20 Desember 2015
3)https://omdompetaub.wordpress.com/2014/01/04/kutipan-dan-sistem-rujukan-dalam-karya-ilmiah/
diakses pada 20 Desember 2015
No comments:
Post a Comment